Setelah James Watt menemukan mesin uap, Nicolas Cugnot membuat kendaraan beroda tiga berbahan bakar uap. Orang-orang menyebut kendaraan itu sebagai kuda besi. Kemudian Richard Trevithick membuat mesin lokomotif yang dirangkaikan dengan kereta dan memanfaatkannya pada pertunjukan di depan masyarakat umum. George Stephenson menyempurnakan lokomotif yang memenangi perlombaan balap lokomotif dan digunakan di jalur Liverpool-Manchester. Waktu itu lokomotif uap yang digunakan berkonstruksi belalang. Penyempurnaan demi penyempurnaan dilakukan untuk mendapatkan lokomotif uap yang lebih efektif, berdaya besar, dan mampu menarik kereta lebih banyak.
Rabu, 27 Agustus 2014
Sejarah Kereta Api Di Dunia
Setelah James Watt menemukan mesin uap, Nicolas Cugnot membuat kendaraan beroda tiga berbahan bakar uap. Orang-orang menyebut kendaraan itu sebagai kuda besi. Kemudian Richard Trevithick membuat mesin lokomotif yang dirangkaikan dengan kereta dan memanfaatkannya pada pertunjukan di depan masyarakat umum. George Stephenson menyempurnakan lokomotif yang memenangi perlombaan balap lokomotif dan digunakan di jalur Liverpool-Manchester. Waktu itu lokomotif uap yang digunakan berkonstruksi belalang. Penyempurnaan demi penyempurnaan dilakukan untuk mendapatkan lokomotif uap yang lebih efektif, berdaya besar, dan mampu menarik kereta lebih banyak.
Sabtu, 16 Agustus 2014
Sejarah Ringkas Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad lahir pada hari senin, 12 Rabiul awal pada tahun gajah.
Bertepatan dengan 20 April 571 Masehi. Ayahnya bernama Abdullah dan ibunya bernama Aminah.
Dinamakan tahun gajah karena pada tahun itu kota Mekah diserang oleh tentara
bergajah yang dipimpin oleh Abrahah
dari Abesinia yang beragama Nasrani. Abrahah tidak berhasil menghancurkan
Ka’bah. Karena pasukan yang berkendaraan gajah ini dihancurkan oleh Allah
dengan mengirim burung-burung Ababil
(pasukan burung).
Nabi Muhammad lahir sebagai seorang yatim, karena ayahnya wafat saat
beliau berada dalam kandungan ibunya. Setelah disusui oleh Suaibah Aslamiyah selama tiga hari, akhirnya Nabi Muhammad disusui
dan diasuh oleh Halimatus Sa’adiyah
selama empat tahun.
Pada usia 6 tahun Nabi Muhammad diajak ibundanya ke Madinah untuk
ziarah ke makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, tepatnya di kota Abwa,
Ibunda Nabi Muhammad s.a.w wafat.
Walaupun ayah dan ibunya telah tiada, Nabi Muhammad tetap sabar dalam
menjalani hidupnya.
Lalu, beliau hidup bersama dengan kakeknya, Abdul Mutalib sampai
berusia 8 tahun. Setelah kakeknya meninggal dunia, Nabi Muhammad di pelihara
oleh pamannya, Abu Talib. Pada usia 12 tahun, Nabi Muhammad diajak oleh
pamannya untuk berdagang ke Negeri Syam. Di tengah perjalanan, beliau bertemu
dengan seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira. Ia melihat tanda-tanda kenabian
pada diri Muhammad dan menasihati Abu Talib untuk berhati-hati dalam menjaga
keponakannya itu.
Muhammad pun segera diajak pulang ke Mekah, karena khawatir akan
diketahui oleh orang-orang Yahudi yang akan membunuhnya. Setelah dewasa, Nabi
Muhammad berusaha berdagang sendiri dengan membawa barang dagangan milik
saudagar kaya raya., Khadijah, ke Negeri Syam dan ditemani oleh seorang pegawai
Khadijah yang bernama Maisarah. Nabi Muhammad mendapatkan gelar Al-Amin.
Al-Amin artinya yang dapat dipercaya, karena beliau selalu jujur dalam segala
perkataan dan perbuatannya.
Pada usia ke-25 tahun, Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah.
Ketika berusia 40 tahun, beliau menyendiri di Gua Hira yang terletak di
Jabal Nur. Pada malam 17 Ramadhan, turunlah wahyu pertama kepada Nabi
Muhammad di Gua Hira, yang merupakan pengangkatan resmi Nabi Muhammad
menjadi nabi dan rasul akhir zaman. Surah yang pertama kali turun adalah
surah Al- Alaq ayat 1-5 yang berbunyi;
"Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah,
yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam Dia mengajar manusia
apa yang tidak diketahuinya."
Setelah dua setengah tahun tidak turun wahyu, maka turunlah wahyu yang kedua, yaitu surah Al-Mudasir ayat 1-7, "Hai
orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan ! Dan Tuhanmu
agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa
tingglkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu,
bersabarlah."
Setelah
menerima wahyu kedua inilah, Nabi Muhammad mulai menjalankan
tugas-tugas beliausebagai rasul. Mula-mula, beliau mengajak saudara,
sahabat dan orang terdekat beliau untuk mengikuti ajaran tauhid, yaitu
menyembah Allah, Rabb yang Maha Esa, dan meninggalkan menyembah berhala.
Dalam menyampaikan dakwahnya kepada orang-orang terdekatnya, beliau menggunakan cara sembunyi-sembunyi (bis-sirri). Diantara mereka yang pertama kali masuk islam, adalah Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Harisah dan Abu Bakar.
Beliau
berdakwah secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun. Lalu, Allah pun
memerintahkan Nabi Muhammad untuk berdakwah secara terang-terangan,
sebagaimana tertera dalam Al-Qur'an surah Al-Hijr ayat 94, "Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang
musyrik."
Setelah
mendapat perintah dari Allah swt., Nabi Muhammad pun memberanikan diri
untuk berdakwah secara terang-terangan. Beliau menjelaskan kepada
masyarakat kota Mekah bahwa penyembahan terhadap berhala adalah menghina
derajat manusia sebagai pembuat patung.
Walaupun
Rasullah saw., dihina dan disakiti dalam menjalankan dakwahnya, beliau
tetap bersabar. Hal ini pun terbukti bahwa hari demi hari pengikut
beliau semakin bertambah dan meluas ke berbagai penjuru.
Sejarah Perkembangan Islam Di Indonesia
Penyebaran Islam di Nusantara adalah proses menyebarnya agama Islam di Nusantara (sekarang Indonesia). Islam dibawa ke Nusantara oleh pedagang dari Gujarat, India selama abad ke-11, meskipun Muslim telah mendatangi Nusantara sebelumnya.[butuh rujukan] Pada akhir abad ke-16, Islam telah melampaui jumlah penganut Hindu dan Buddhisme sebagai agama dominan bangsa Jawa dan Sumatra. Bali mempertahankan mayoritas Hindu, sedangkan pulau-pulau timur sebagian besar tetap menganut animisme sampai abad 17 dan 18 ketika agama Kristen menjadi dominan di daerah tersebut.
Penyebaran Islam di Nusantara pada awalnya didorong oleh meningkatnya jaringan perdagangan di luar kepulauan Nusantara. Pedagang dan bangsawan dari kerajaan besar Nusantara biasanya adalah yang pertama mengadopsi Islam. Kerajaan yang dominan, termasuk Kesultanan Mataram (di Jawa Tengah sekarang), dan Kesultanan Ternate dan Tidore di Kepulauan Maluku di timur. Pada akhir abad ke-13, Islam telah berdiri di Sumatera Utara, abad ke-14 di timur laut Malaya, Brunei, Filipina selatan, di antara beberapa abdi kerajaan di Jawa Timur, abad ke-15 di Malaka dan wilayah lain dari Semenanjung Malaya (sekarang Malaysia). Meskipun diketahui bahwa penyebaran Islam dimulai di sisi barat Nusantara, kepingan-kepingan bukti yang ditemukan tidak menunjukkan gelombang konversi bertahap di sekitar setiap daerah Nusantara, melainkan bahwa proses konversi ini rumit dan lambat.
Meskipun menjadi salah satu perkembangan yang paling signifikan dalam sejarah Indonesia, bukti sejarah babak ini terkeping-keping dan umumnya tidak informatif sehingga pemahaman tentang kedatangan Islam ke Indonesia sangat terbatas. Ada perdebatan di antara peneliti tentang apa kesimpulan yang bisa ditarik tentang konversi masyarakat Nusantara kala itu.[1]:3 Bukti utama, setidaknya dari tahap-tahap awal proses konversi ini, adalah batu nisan dan beberapa kesaksian peziarah, tetapi bukti ini hanya dapat menunjukkan bahwa umat Islam pribumi ada di tempat tertentu pada waktu tertentu. Bukti ini tidak bisa menjelaskan hal-hal yang lebih rumit seperti bagaimana gaya hidup dipengaruhi oleh agama baru ini, atau seberapa dalam Islam mempengaruhi masyarakat. Dari bukti ini tidak bisa diasumsikan, bahwa karena penguasa saat itu dikenal sebagai seorang Muslim, maka proses Islamisasi daerah itu telah lengkap dan mayoritas penduduknya telah memeluk Islam; namun proses konversi ini adalah suatu proses yang berkesinambungan dan terus berlangsung di Nusantara, bahkan tetap berlangsung sampai hari ini di Indonesia modern. Namun demikian, titik balik yang jelas terjadi adalah ketika Kerajaan Hindu Majapahit di Jawa dihancurkan oleh Kerajaan Islam Demak. Pada 1527, pemimpin perang Muslim Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa yang baru ditaklukkannya sebagai "Jayakarta" (berarti "kota kemenangan") yang akhirnya seiring waktu menjadi "Jakarta". Asimilasi budaya Nusantara menjadi Islam kemudian meningkat dengan cepat setelah penaklukan ini.
Penyebaran Islam di Nusantara pada awalnya didorong oleh meningkatnya jaringan perdagangan di luar kepulauan Nusantara. Pedagang dan bangsawan dari kerajaan besar Nusantara biasanya adalah yang pertama mengadopsi Islam. Kerajaan yang dominan, termasuk Kesultanan Mataram (di Jawa Tengah sekarang), dan Kesultanan Ternate dan Tidore di Kepulauan Maluku di timur. Pada akhir abad ke-13, Islam telah berdiri di Sumatera Utara, abad ke-14 di timur laut Malaya, Brunei, Filipina selatan, di antara beberapa abdi kerajaan di Jawa Timur, abad ke-15 di Malaka dan wilayah lain dari Semenanjung Malaya (sekarang Malaysia). Meskipun diketahui bahwa penyebaran Islam dimulai di sisi barat Nusantara, kepingan-kepingan bukti yang ditemukan tidak menunjukkan gelombang konversi bertahap di sekitar setiap daerah Nusantara, melainkan bahwa proses konversi ini rumit dan lambat.
Meskipun menjadi salah satu perkembangan yang paling signifikan dalam sejarah Indonesia, bukti sejarah babak ini terkeping-keping dan umumnya tidak informatif sehingga pemahaman tentang kedatangan Islam ke Indonesia sangat terbatas. Ada perdebatan di antara peneliti tentang apa kesimpulan yang bisa ditarik tentang konversi masyarakat Nusantara kala itu.[1]:3 Bukti utama, setidaknya dari tahap-tahap awal proses konversi ini, adalah batu nisan dan beberapa kesaksian peziarah, tetapi bukti ini hanya dapat menunjukkan bahwa umat Islam pribumi ada di tempat tertentu pada waktu tertentu. Bukti ini tidak bisa menjelaskan hal-hal yang lebih rumit seperti bagaimana gaya hidup dipengaruhi oleh agama baru ini, atau seberapa dalam Islam mempengaruhi masyarakat. Dari bukti ini tidak bisa diasumsikan, bahwa karena penguasa saat itu dikenal sebagai seorang Muslim, maka proses Islamisasi daerah itu telah lengkap dan mayoritas penduduknya telah memeluk Islam; namun proses konversi ini adalah suatu proses yang berkesinambungan dan terus berlangsung di Nusantara, bahkan tetap berlangsung sampai hari ini di Indonesia modern. Namun demikian, titik balik yang jelas terjadi adalah ketika Kerajaan Hindu Majapahit di Jawa dihancurkan oleh Kerajaan Islam Demak. Pada 1527, pemimpin perang Muslim Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa yang baru ditaklukkannya sebagai "Jayakarta" (berarti "kota kemenangan") yang akhirnya seiring waktu menjadi "Jakarta". Asimilasi budaya Nusantara menjadi Islam kemudian meningkat dengan cepat setelah penaklukan ini.
Langganan:
Postingan (Atom)